Minggu, Agustus 23, 2009

Dua Hari Yang Menakutkan

Tiba saatnya hari pembantaian......
Kejadian ini bermula ketika si anak sedang bermain dengan salah seorang pengasuhnya, kemudian si pengasuh mengatakan, "Nanti kalau kamu pindah ke Jakarta, semua kasur, suling, dan bantal di rumah akan diganti kulitnya." Seketika itu juga si anak seperti tersambar petir disiang hari bolong, mengganti kulit kasur, guling, dan bantal berarti mengganti semua sahabatnya, atau semua sahabatnya akan dibongkar, dan diganti dengan yang baru. Yang lebih parahnya lagi, tidak seorangpun di rumah itu yang mengetahui perasaan si anak, baik para pengasuhnya ataupun orang tuanya. Si anak sangat gelisah dan ketakutan bila harus berpisah dengan kasur, guling, dan bantal yang selama ini menjadi sahabatnya. Sahabat yang selalu menemani dalam kesendirian, maupun dalam kesedihan. Setelah pembicaraan itu hari2x si anak dilewati dengan penuh ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan, hal itu disebabkan karena dia tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan dan harus disembunyikan dimana para sahabatnya agar dapat lolos dari pembantaian.

Tambah hari tambah cemas dan bingung, sampai suatu hari dia menemukan segulung besar kain kasur baru tergeletak di atas meja di ruang keluarga. Melihat gulungan kain kasur baru itu, tambah kacaulah perasaan si anak, ia bertambah panik karena itu tandanya bahwa saat2x pembantaian para sahabatnya sudah semakin dekat. Tidak lama setelah itu tumpukan gulungan kain kasur barunya menghilang entah kemana, dan itu membuat sedikit lega perasaan si anak, dan ia tidak berani menanyakan kemana perginya gulungan kain kasur itu menghilang. Ia berfikir mungkin penggantian kain kasur, guling, dan bantalnya tidak jadi. Ternyata dugaan si anak salah, menghilangnya gulungan kain kasur itu bukan berarti batalnya penggantian kain kasur, guling, dan bantal, melainkan dibawa oleh tukang kasur untuk dijahit menjadi kasur baru. Beberapa hari kemudian si anak menemukan tumpukan kasur baru yang belum terisi kapuk, ada sekitar 35 lembar kasur baru. Penemuan itu mengundang kembali perasaan takut yang sudah mulai tersingkir, si anak langsung berlari ke lantai 2 menuju kamar yang isinya para sahabatnya kasur, guling, dan bantalnya. Ia menangis sejadi2xnya karena takut kehilangan mereka. Ia memeluk dan mengelus2x kasur2x, guling2x, dan bantal2xnya.

Suatu pagi, si anak mendengar barang dijatuhkan, gedeeebuukkk..... Didalam kamar si anak terkejut, jangan2x itu adalah bunyi kasurnya dijatuhkan kebawah, dan ia segera berlari keluar kamarnya. Dan benar is melihat pembantunya sedang melemparkan kasur2xnya kebawah. Dengan santai dan tanpa perasaan si pembantu terus melemparkan satu per satu kasur2xnya kebawah, kemudian salah satunya tidak langsung jatuh kebawah melainkan tersangkut disebuah palang besi, krreeeekkkk..... kasur itu robek hampir sepanjang kasur itu. Si anak membanyangkan kasur itu mengeliat kesakitan karena robeknya cukup panjang. Ada kurang lebih 20 buah kasur yang tergeletak dan bertumpuk dibawah, si anak langsung berlari kebawah, langsung bergulung2x sambil mengelus2x kasur2xnya. Yang paling mengenaskan ia tidak dapat menurunkan kasurnya yang tersangkut di palang besi dan ada satu kasurnya yang salah satu sisinya masuk keselokan, dan segera dengan hati miris ia menarik kasurnya keluar dari selokan. Ketika sedang bergulung2x dan mengelus2x kasur2xnya sambil menangis, ibunya memarahi dan melarang si anak bergulung2x diatas kasur karena kotor serta banyak debu. Dengan sedih dan menangis ia kembali berlari keatas kekamar dimana ia bisa menangis dengan para sahabatnya. Ia juga takut kalau kasur2x, guling2x, dan bantal2x di kamar itu ikut dibongkar. Setelah puas menagis dan bergulung2x, ia kembali turun dan mendapati tumpukan kasurnya sudah berkurang. Ia juga melihat kalau kasur yang nyangkut, bukan diturunkan melainkan dengan enaknya ditarik, krreeeeekkkk.... Bunyi itu membuat hati si anak bagai teriris2x. Dalam bayangan si anak kasur sahabatnya itu mengeliat kesakitan, kemudian dengan menumpuk beberapa kasur diatasnya, tukang kasur itu menyeret keluar kasur2x itu. Ingin si anak mengikuti tukang kasur itu keluar ke teras depan rumah, tapi dilarang oleh pengasuhnya, dan diancam akan dilaporkan ke ibu bila ia melawan. Saat pengasuhnya lengah, ia segera menyelinap keluar ke teras depan rumahnya, ternyata pemandangan di teras depan sangat mengerikan, ia melihat abang tukang kasur menginjak2x kasurnya yang mengeliat ketakutan; berjongkok, kemudian menancapkan pisau ke kasurnya, dan akhirnya kkrrreeekkkk...... kasurnya disayat dari atas hingga bawah tanpa belas kasihan. Setelah kasurnya robek, langsung si tukang kasur mengeluarkan kapuknya dengan memutuskan semua benang tengah penahan kapuknya. Setelah selesai, tukang kasurnya menarik sebuah kasur lagi dan melakukan hal yang sama, si anak kebingungan harus berbuat apa, ia hanya berdiri terpaku melihat para sahabatnya di bantai. Tidak lama si pengasuh menariknya kedalam, tanpa memperdulikan apa yang dirasakan si anak. Saat ada kesempatan lagi, si anak kembali menyelinap keluar ke teras depan rumahnya, dan pemandangannya masih sama, tukang kasur tanpa perasaan sedang mengeluarkan kapuk dari sebuah kasurnya. Dalam bayangannya si anak melihat kasur sahabatnya itu mengeliat sambil menjerit kesakitan, kembali si anak hanya bisa diam terpaku bagai patung. Sore harinya, selesailah babak pertama pembantaian, dan saat ia mencari kasur2x yang sudah dibongkar, ternyata dia menemukannya semua kasur2x didekat pintu keluar garasi. Ia hanya berdiri terpaku diatas diatas kurang lebih 20 buah kasur sambil mengelus2x kasur2xnya dengan kakinya. Ingin sekali ia berbaring, bergulung2x sambil mengelus2x kasurnya yang sudah tanpa kapuk. Tapi perasaan takut ketahuan oleh orang tuanya dan oleh pembantu atau pengasuhnya. Perasaan iba melihat kasur2xnya dibantai melawan rasa takut dimarahi oleh orang tuanya. Sungguh perasaan itu sangat menyiksa sang anak. Sebagai efek sampingan, dalam tidur malamnya ia bermimpi melihat kasur2x sahabatnya menjerit2x kesakitan saat disayat dengan pisau, dan si anak menangis tersedu2x sedih melihat keadaan para sahabatnya.

Keesokan harinya kembali bunyi geeedebuuukk......... berulang2x, tandanya semua sisa kasur2xnya kembali dilemparkan kebawah untuk dibantai, dibongkar dikeluarkan kapuknya. Pada hari keduanya tidak ada kesempatan sama sekali untuk si anak keluar ke teras rumahnya. Dari balik jendela di ruang tamu, dia hanya mendengar suara kkrreeekkkk........ kasur disayat dan dirobek dengan pisau. Benar2x tidak terbayangkan apa yang dirasakan si anak. Mau menangis, menjerit, mau marah2x tapi tidak dapat diwujudkan karena takut dengan ibunya. Malamnya tumpukan kasur2xnya yang sudah tanpa kapuk bertambah banyak karena hari ini ditambah lagi sisa kurang lebih 20 buah kasur lagi. Dan lagi2x saat sudah berdiri diatasnya dia hanya terpaku, sambil menginjak2x dan mengelus2x kasur2xnya dengan kaki. Mau duduk kemudian berbaring diatas kasur2xnya takut ketahuan baik oleh pengasuh atau oleh ibunya. Kemudian si anak teringat dengan kasur, guling, dan bantalnya yang berada di kamar kosong, segera ia berlari keatas, dia terkejut karena kamar itu sudah kosong, 3 kasur, 5 guling bantalnya sudah tidak ada lagi disana. Kembali si anak diam terpaku sambil meratap karena kehilangan semua sahabatnya. Malamnya saat si anak tidur, ia kembali bermimpi para sahabatnya menjerit2x kesakitan saat disayat dan dirobek dengan pisau, dan ia tidur sambil menangis tersedu2x.

Sampai beberapa hari kasur2xnya masih tetap bertumpuk dipintu garasi rumahnya. Dan beberapa hari itu juga tumpukan kasur2xku itu selalu diijnjak2x oleh siapa saja yang keluar masuk melalui pintu garasi. Si anak tidak bisa berbuat apa2x melihat kasur2xnya yang berada paling atas tambah lama tambah kotor. Akhirnya suatu sore semua tumpukan kasur2xnya menghilang, tak tersisa satupun, yang ada hanya kapuk2x yang berceceran. Sebenarnya dia tau kemana kasur2xnya dibawa, oleh siapa lagi kalo tidak perbuatan si pengasuh yang merangkap pembantu rumahnya. Segera dia berlari ke lorong belakang tempat mencuci baju, benar saja ternyata pintunya terkunci, berarti semua kasur2xnya ada didalam tempat cucian. Suatu hari si pembantu lupa mengunci lorong cucian, dan saat si anak menyelinap masuk, ternyata beberapa kasurnya sudah disayat dilebarkan, dicuci dan di jemur. Sisanya tetap bertumpuk dipojokan lorong. Dan kasurnya yang terinjak2x dan kotor, sudah disayat2x dan dipotong menjadi 4 bagian menjadi keset di lorong cucian. Ingin rasanya memarahi dan memukuli si pembantu, tapi tidak berani, hanya kebencian semakin bertambah2x kepada si pembantu.

Kemudian hari2x si anak dipenuhi dengan kejutan2x saat beberapa kasurnya ditemukan tergeletak, baik dijadikan lap didapur, keset didepan kamar mandi, dibuat mengepel lantai, dibuat tatakan gosokan, maupun tatakan pispot kamarnya. Memang si anak berhasil mendapatkan beberapa kasurnya setelah dicuci dari ibunya dengan alasan untuk alas saat bermain di lantai. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena si pengasuh pasti mengambilnya dan tidak mengembalikannya bila dia lupa membereskannya setelah ia bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar