Selasa, Agustus 25, 2009

Kembali Terulang Didepan Mata

Mengapa harus terjadi lagi.........
Belum lama kejadian di rumahnya, di suatu hari sewaktu si anak sedang bermain dan bercanda dengan teman sebaya tetangganya, dia melihat kasur, guling, dan bantal di rumah itu sedang dijemur. Kembali trauma dan ketakutan si anak muncul tanpa disadarinya. Sambil ngobrol dan bercanda si anak mengawasi semua sahabatnya yang sedang dijemur. Ternyata yang dikuatirkan benar2x terjadi, seorang tukang kasur dipanggil dan melangkah masuk kerumah tetangganya. Setelah terjadi tawar menawar ongkos kerja dan harga kasur barunya, maka si tukang kasur bersiap2x untuk membongkar kasur yang tadinya sedang dijemur. Tidak ada yang tahu dan mengerti apa yang dirasakan si anak, ia melihat kasur, guling2x, dan bantal2xnya menjerit ketakutan. Kali ini sahabat2x yang menjadi korbannya adalah sebuah kasur yang lebarnya kurang lebih 160 cm, 6 buah guling, dan 5 buah bantal. Pertama2x si tukang kasur menggelar kasur baru yang masih belum berisi kapuk, kemudian setelah siap kasur yang dijemur ditarik dan mulailah si tukang kasur menyayat sisi atas kasurnya, lalu setelah jahitannya tersayat, ggrreekkkkk......... Tukang kasur itu menyobek kasur itu sepanjang lebar kasurnya, kemudian mengeluarkan kapuknya dengan memutuskan semua benang tengah penahan kapuknya. Dia melihat kasur sahabatnya mengeliat2x kesakitan dan ia hanya terpaku dengan perasaan takut. Dia mencoba bertanya kepada temannya, “Apakah yang dibongkar itu kasurmu ?” “Bukan kok”, jawab temannya. “Trus gulingmu ada yang ikut dibongkar ?” “Nah kalau guling ada, yang ini nih punyaku.” Si anak bingung kok gulingnya mau dibongkar, tapi kok girang sekali. Ternyata kegembirannya itu disebabkan karena nanti temannya akan dibelikan guling baru.
Yang menakutkan, seorang perempuan muda di rumah itu tidak sabar ingin membantu si tukang kasur agar pekerjaannya cepat selesai. Dia mengambil sebilah pisau, lalu mulai menyayat guling2xnya satu per satu, setelah menyayat jahitan dan terbuka langsung disobek, krreeeekkk......... lalu segera mengeluarkan kapuknya. Satu per satu pula guling2x sahabatnya mengeliat2x kesakitan. Setelah semua guling tergeletak tanpa kapuk, tiba giliran bantal2xnya yang dibongkar kemudian kapuknya dikeluarkan.
Tidak lama selesailah acara membongkar kasur, guling, dan bantalnya, kemudian semua kasur, guling, dan bantal yang sudah terkulai tidak berdaya dimasukkan kedalam sebuah bak besar lalu direndam air hingga semalaman.

Keesokan harinya kakak perempuan anak tetangga itu mulai mencuci kasur, guling, dan bantalnya. Sang kakak perempuan memulai dengan menyayat jahitan bulatan guling2xnya, sehingga yang tersisa hanyalah selembar kain persegi panjang. Setelah semua gulingnya selesai dilanjutkan dengan menyayat dan membelah bantal2xnya menjadi dua bagian. Terakhir adalah si kakak perempuan mulai mencuci kasurnya dengan membersihkan semua benang2x tengah serta benang samping penahan kapuk. Dan karena ukuran kasurnya cukup lebar, maka sang kakak perempuan berteriak memanggil pembantunya untuk dibantu membelah dua kasur itu, kemudian kkrreeeeeekkkk......... kasur itu mulai terbelah dua.Pemandangan itu sangat mengerikan di mata si anak, ia melihat semua sahabatnya menjerit dan menggeliat kesakitan saat disayat dan dibelah. Tidak ada yang pernah tahu dan mengerti bila pemandangan itu semakin menambah dalam trauma si anak yang membawa akibat semakin eratnya ikatan batin si anak dengan benda2x yang bernama kasur, guling , dan bantal.

Minggu, Agustus 23, 2009

Dua Hari Yang Menakutkan

Tiba saatnya hari pembantaian......
Kejadian ini bermula ketika si anak sedang bermain dengan salah seorang pengasuhnya, kemudian si pengasuh mengatakan, "Nanti kalau kamu pindah ke Jakarta, semua kasur, suling, dan bantal di rumah akan diganti kulitnya." Seketika itu juga si anak seperti tersambar petir disiang hari bolong, mengganti kulit kasur, guling, dan bantal berarti mengganti semua sahabatnya, atau semua sahabatnya akan dibongkar, dan diganti dengan yang baru. Yang lebih parahnya lagi, tidak seorangpun di rumah itu yang mengetahui perasaan si anak, baik para pengasuhnya ataupun orang tuanya. Si anak sangat gelisah dan ketakutan bila harus berpisah dengan kasur, guling, dan bantal yang selama ini menjadi sahabatnya. Sahabat yang selalu menemani dalam kesendirian, maupun dalam kesedihan. Setelah pembicaraan itu hari2x si anak dilewati dengan penuh ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan, hal itu disebabkan karena dia tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan dan harus disembunyikan dimana para sahabatnya agar dapat lolos dari pembantaian.

Tambah hari tambah cemas dan bingung, sampai suatu hari dia menemukan segulung besar kain kasur baru tergeletak di atas meja di ruang keluarga. Melihat gulungan kain kasur baru itu, tambah kacaulah perasaan si anak, ia bertambah panik karena itu tandanya bahwa saat2x pembantaian para sahabatnya sudah semakin dekat. Tidak lama setelah itu tumpukan gulungan kain kasur barunya menghilang entah kemana, dan itu membuat sedikit lega perasaan si anak, dan ia tidak berani menanyakan kemana perginya gulungan kain kasur itu menghilang. Ia berfikir mungkin penggantian kain kasur, guling, dan bantalnya tidak jadi. Ternyata dugaan si anak salah, menghilangnya gulungan kain kasur itu bukan berarti batalnya penggantian kain kasur, guling, dan bantal, melainkan dibawa oleh tukang kasur untuk dijahit menjadi kasur baru. Beberapa hari kemudian si anak menemukan tumpukan kasur baru yang belum terisi kapuk, ada sekitar 35 lembar kasur baru. Penemuan itu mengundang kembali perasaan takut yang sudah mulai tersingkir, si anak langsung berlari ke lantai 2 menuju kamar yang isinya para sahabatnya kasur, guling, dan bantalnya. Ia menangis sejadi2xnya karena takut kehilangan mereka. Ia memeluk dan mengelus2x kasur2x, guling2x, dan bantal2xnya.

Suatu pagi, si anak mendengar barang dijatuhkan, gedeeebuukkk..... Didalam kamar si anak terkejut, jangan2x itu adalah bunyi kasurnya dijatuhkan kebawah, dan ia segera berlari keluar kamarnya. Dan benar is melihat pembantunya sedang melemparkan kasur2xnya kebawah. Dengan santai dan tanpa perasaan si pembantu terus melemparkan satu per satu kasur2xnya kebawah, kemudian salah satunya tidak langsung jatuh kebawah melainkan tersangkut disebuah palang besi, krreeeekkkk..... kasur itu robek hampir sepanjang kasur itu. Si anak membanyangkan kasur itu mengeliat kesakitan karena robeknya cukup panjang. Ada kurang lebih 20 buah kasur yang tergeletak dan bertumpuk dibawah, si anak langsung berlari kebawah, langsung bergulung2x sambil mengelus2x kasur2xnya. Yang paling mengenaskan ia tidak dapat menurunkan kasurnya yang tersangkut di palang besi dan ada satu kasurnya yang salah satu sisinya masuk keselokan, dan segera dengan hati miris ia menarik kasurnya keluar dari selokan. Ketika sedang bergulung2x dan mengelus2x kasur2xnya sambil menangis, ibunya memarahi dan melarang si anak bergulung2x diatas kasur karena kotor serta banyak debu. Dengan sedih dan menangis ia kembali berlari keatas kekamar dimana ia bisa menangis dengan para sahabatnya. Ia juga takut kalau kasur2x, guling2x, dan bantal2x di kamar itu ikut dibongkar. Setelah puas menagis dan bergulung2x, ia kembali turun dan mendapati tumpukan kasurnya sudah berkurang. Ia juga melihat kalau kasur yang nyangkut, bukan diturunkan melainkan dengan enaknya ditarik, krreeeeekkkk.... Bunyi itu membuat hati si anak bagai teriris2x. Dalam bayangan si anak kasur sahabatnya itu mengeliat kesakitan, kemudian dengan menumpuk beberapa kasur diatasnya, tukang kasur itu menyeret keluar kasur2x itu. Ingin si anak mengikuti tukang kasur itu keluar ke teras depan rumah, tapi dilarang oleh pengasuhnya, dan diancam akan dilaporkan ke ibu bila ia melawan. Saat pengasuhnya lengah, ia segera menyelinap keluar ke teras depan rumahnya, ternyata pemandangan di teras depan sangat mengerikan, ia melihat abang tukang kasur menginjak2x kasurnya yang mengeliat ketakutan; berjongkok, kemudian menancapkan pisau ke kasurnya, dan akhirnya kkrrreeekkkk...... kasurnya disayat dari atas hingga bawah tanpa belas kasihan. Setelah kasurnya robek, langsung si tukang kasur mengeluarkan kapuknya dengan memutuskan semua benang tengah penahan kapuknya. Setelah selesai, tukang kasurnya menarik sebuah kasur lagi dan melakukan hal yang sama, si anak kebingungan harus berbuat apa, ia hanya berdiri terpaku melihat para sahabatnya di bantai. Tidak lama si pengasuh menariknya kedalam, tanpa memperdulikan apa yang dirasakan si anak. Saat ada kesempatan lagi, si anak kembali menyelinap keluar ke teras depan rumahnya, dan pemandangannya masih sama, tukang kasur tanpa perasaan sedang mengeluarkan kapuk dari sebuah kasurnya. Dalam bayangannya si anak melihat kasur sahabatnya itu mengeliat sambil menjerit kesakitan, kembali si anak hanya bisa diam terpaku bagai patung. Sore harinya, selesailah babak pertama pembantaian, dan saat ia mencari kasur2x yang sudah dibongkar, ternyata dia menemukannya semua kasur2x didekat pintu keluar garasi. Ia hanya berdiri terpaku diatas diatas kurang lebih 20 buah kasur sambil mengelus2x kasur2xnya dengan kakinya. Ingin sekali ia berbaring, bergulung2x sambil mengelus2x kasurnya yang sudah tanpa kapuk. Tapi perasaan takut ketahuan oleh orang tuanya dan oleh pembantu atau pengasuhnya. Perasaan iba melihat kasur2xnya dibantai melawan rasa takut dimarahi oleh orang tuanya. Sungguh perasaan itu sangat menyiksa sang anak. Sebagai efek sampingan, dalam tidur malamnya ia bermimpi melihat kasur2x sahabatnya menjerit2x kesakitan saat disayat dengan pisau, dan si anak menangis tersedu2x sedih melihat keadaan para sahabatnya.

Keesokan harinya kembali bunyi geeedebuuukk......... berulang2x, tandanya semua sisa kasur2xnya kembali dilemparkan kebawah untuk dibantai, dibongkar dikeluarkan kapuknya. Pada hari keduanya tidak ada kesempatan sama sekali untuk si anak keluar ke teras rumahnya. Dari balik jendela di ruang tamu, dia hanya mendengar suara kkrreeekkkk........ kasur disayat dan dirobek dengan pisau. Benar2x tidak terbayangkan apa yang dirasakan si anak. Mau menangis, menjerit, mau marah2x tapi tidak dapat diwujudkan karena takut dengan ibunya. Malamnya tumpukan kasur2xnya yang sudah tanpa kapuk bertambah banyak karena hari ini ditambah lagi sisa kurang lebih 20 buah kasur lagi. Dan lagi2x saat sudah berdiri diatasnya dia hanya terpaku, sambil menginjak2x dan mengelus2x kasur2xnya dengan kaki. Mau duduk kemudian berbaring diatas kasur2xnya takut ketahuan baik oleh pengasuh atau oleh ibunya. Kemudian si anak teringat dengan kasur, guling, dan bantalnya yang berada di kamar kosong, segera ia berlari keatas, dia terkejut karena kamar itu sudah kosong, 3 kasur, 5 guling bantalnya sudah tidak ada lagi disana. Kembali si anak diam terpaku sambil meratap karena kehilangan semua sahabatnya. Malamnya saat si anak tidur, ia kembali bermimpi para sahabatnya menjerit2x kesakitan saat disayat dan dirobek dengan pisau, dan ia tidur sambil menangis tersedu2x.

Sampai beberapa hari kasur2xnya masih tetap bertumpuk dipintu garasi rumahnya. Dan beberapa hari itu juga tumpukan kasur2xku itu selalu diijnjak2x oleh siapa saja yang keluar masuk melalui pintu garasi. Si anak tidak bisa berbuat apa2x melihat kasur2xnya yang berada paling atas tambah lama tambah kotor. Akhirnya suatu sore semua tumpukan kasur2xnya menghilang, tak tersisa satupun, yang ada hanya kapuk2x yang berceceran. Sebenarnya dia tau kemana kasur2xnya dibawa, oleh siapa lagi kalo tidak perbuatan si pengasuh yang merangkap pembantu rumahnya. Segera dia berlari ke lorong belakang tempat mencuci baju, benar saja ternyata pintunya terkunci, berarti semua kasur2xnya ada didalam tempat cucian. Suatu hari si pembantu lupa mengunci lorong cucian, dan saat si anak menyelinap masuk, ternyata beberapa kasurnya sudah disayat dilebarkan, dicuci dan di jemur. Sisanya tetap bertumpuk dipojokan lorong. Dan kasurnya yang terinjak2x dan kotor, sudah disayat2x dan dipotong menjadi 4 bagian menjadi keset di lorong cucian. Ingin rasanya memarahi dan memukuli si pembantu, tapi tidak berani, hanya kebencian semakin bertambah2x kepada si pembantu.

Kemudian hari2x si anak dipenuhi dengan kejutan2x saat beberapa kasurnya ditemukan tergeletak, baik dijadikan lap didapur, keset didepan kamar mandi, dibuat mengepel lantai, dibuat tatakan gosokan, maupun tatakan pispot kamarnya. Memang si anak berhasil mendapatkan beberapa kasurnya setelah dicuci dari ibunya dengan alasan untuk alas saat bermain di lantai. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena si pengasuh pasti mengambilnya dan tidak mengembalikannya bila dia lupa membereskannya setelah ia bermain.

Selasa, Agustus 04, 2009

AWAL MULANYA..........

GULINGKU SAYANG GULINGKU MALANG.......
Mulanya berawal ketika seorang anak yang mulai beranjak dewasa, yah kisaran umur 5 tahun. Saat itu sang anak harus menerima kenyataan bahwa ia dilahirkan di keluarga dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja. Apalagi kedua orang tua sang anak adalah pasutri yang tergolong masih muda, dimana mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Seiring dengan kebutuhan kedewasaan sang anak, ia membutuhkan teman untuk berinteraksi, diajak bermain, diajak bercerita, dan seseorang yang dapat memberikan perhatian ke sang anak. Sedangkan kedua orang tua sudah pergi disaat sang anak masih terlelap tidur, dan begitu pula saat kedua orang tuanya pulang kembali sang anak sudah terlelap tidur.

Sampailah pada batasnya, bahwa kebutuhan sang anak untuk mempunyai teman yang dapat diajak bercerita dan seseorang yang dapat memberikan perhatian akan perkembangan mental serta kejiwaan sang anak. Dan akhirnya sampailah pada suatu batas dimana kebutuhan sang anak tidak dapat dibendung lagi. Sang anak mempunyai kebiasaan menyendiri dalam sebuah kamar, dimana dalam kamar tersebut terhampar 4 buah kasur ukuran single dan kurang lebih 10 buah guling dan 10 buah bantal, yang semuanya terbuat dari bahan kulit kasur kualitas no 1, sehinggga permukaan kasur tersebut sangat halus walau tanpa sprei. Sang anak mempunyai kegemaran berguling2x diatas kasur dan bermain2x dengan para guling bantalnya. Dari yang hanya berguling2x dan bermain, lambat laun sang anak menemukan dua-tiga guling yang kemudian menjadi guling favoritnya, akhirnya jadilah sang guling2x tersebut menjadi teman berceritanya. Dari hanya sekedar permainan susun menyusun guling bantal, akhirnya sampailah pada permainan dimana sang anak menganggap bahwa sang kasur, guling dan bantal tersebut adalah sosok yang hidup, yang dapat diajak berinteraksi. Terkadang terlihat sang anak sedang asyik bercengkrama, dan berbicara baik dengan gulingnya, kasurnya, atau dengan bantalnya. Apapun yang dialami baik perasaan gembira maupun kesedihan sang anak tidak pernah diceritakan pada baik pada kedua orang tuanya maupun keseorang pembantu yang menjadi pengasuhnya, tapi dicurahkan dan diceritakan ke para sahabat di dunia mayanya. Walau sang anak memiliki seorang pengasuh, tapi kedekatannya tidak bisa disamakan kedekatannya dengan para kasur, guling, dan bantal yang telah menjadi sahabat di dunia mayanya. Hal itu tidaklah aneh karena sang pengasuh juga merangkap pembantu di rumah itu, sehingga tidak dapat memberikan perhatian yang maksimal kepada sang anak. Kedekatan sang anak pada guling, kasur dan bantal tersebut sudah melewati ambang batas mormal, dan hal itu tidak diperhatikan sama sekali baik oleh orang tua maupun pengasuhnya. Sang anak telah benar2x menganggap baik guling, kasur dan bantalnya tersebut adalah sosok yang hidup, yang bisa membuat perasaannya bahagia, nyaman, dan terlindungi.

Suatu hari sang anak mendapati 2 buah guling sabahatnya menghilang dari kamar tersebut. Perasaannya kalut, bingung, dan sedih karena kehilangan sahabatnya. Dengan perasaan sedih dia menceritakan perasaannya kepada para sahabatnya yang masih tersisa. Akhirnya dengan berat hati sang anak mengambil guling dari kamar sebelah untuk melengkapi formasi sahabat dunia mayanya. Yang lebih menyedihkan lagi keesokan harinya dia mendapati dua guling sahabatnya di jemuran baju dengan kondisi sudah terbelah menjadi sepotong kain persegi panjang, dan dalam keadaan basah. Sang anak hanya tercekat melihat pemandangan itu, dimana dia mendapati dua sahabatnya sudah tidak bernyawa lagi, karena sudah tidak berbentuk guling. Kemudian dia berlari ke atas, masuk kekamar yang berisi para sahabatnya dan kemudian menangis sejadi2xnya tetapi tanpa bersuara, sambil menceritakan nasib dua sahabatnya yang sudah dibelah dan sudah tak benyawa lagi. Mereka tenggelam dalam perasaan duka yang mendalam atas meninggalnya dua sahabat mereka.

Keesokan harinya sang anak memberanikan diri bertanya ke pengasuhnya, "Kenapa kok gulignya dibelah seperti itu ?"
Dengan ringannya dan tanpa dosa pengasuhnya menjawab, "Iya memang gulingnya sudah gepeng dan jelek makanya dibelah buat lap." Padahal setahu sang anak, guling tersebut belum jelek dan tidak gepeng, tapi kok dibelah juga dan dibuat kain lap. Dan memang kondisi guling tersebut tidak seburuk seperti kata pengasuhnya.

Sejak saat itulah hubungan persabahatan dunia maya sang anak dengan guling, kasur, dan bantal makin bertambah erat, bahkan semakin mendalam. Karena sang anak benar2x menganggap hanya merekalah sahabatnya dan yang menjadi tempat curahan hati sang anak. Tanpa disadari pula mulai tersemailah butir2x kebencian yang mendalam terhadap sang pengasuh, krn dianggap merenggut satu2xnya teman dalam kehidupannya.
Kebiasaan pengasuhnya tersebut ternyata terulang kembali, dimana suatu hari sang anak kembali kehilangan dua guling kesayangannya, dan kali sang anak sudah menduga kemana hilangnya dua guling kesayangannya tersebut. Ternyata memang benar, keesokan harinya, dua guling kesayangannya kembali tersampir dijemuran dengan keadaan sudah terbelah. Kepedihan dan kebencian sang anak menjadi semakin mendalam. Apalagi selang beberapa waktu kemudian terulang lagi untuk ke tiga kalinya.

Suatu hari sang pengasuh meminta bantal sang anak dengan alasan akan diperbaiki. Nah kali ini memang bantal si anak kondisinya sudah kurang layak pakai, karena sudah terlukis keindahan kepulauan seribu oleh karena keringat dengan campuran iler dan kondisi kapuknya yang sudah hancur sehingga terlihat sangat penyot. Tapi bagaimanapun bantal itu adalah benda kesayangan si anak. Tanpa mempedulikan rengekan dan isakan tangis sang anak si pengasuh tetap memaksa meminta bantal tersebut dan berjanji akan mengembalikannya bila sudah selesai diperbaiki. Jadilah si anak memakai bantal pengganti yang sudah pernah dipakai sehinggga tidak terlalu keras.
Satu hari, dua hari, tiga hari, bahkan sampai seminggu, setiap si anak meminta bantalnya, selalu dikatakan belum selesai diperbaiki. Sampai suatu hari si anak mendapati bantal kesayangannya tergeletak di lantai dapur dengan kondisi yang sangat kotor karena sudah menjadi lap. "Kok bantalku dibuat lap sih, katanya mau dibenerin ?" "Bukan, itu bukan bantalmu kok !" Tapi sang anak sudah mengenali bantal kesangannya, dan berlari ke kamar menumui para sahabatnya kemudian menangis tanpa suara.

Selang beberapa lama kemudian, sang pembantu meminta guling kesayangan si anak dengan alasan yang sama yaitu ingin diperbaiki. Terus terang memang kondisi guling kesayangan tersebut juga sudah sedikit tidak layak pakai. Dengan lukisan keindahan kepulauan Bali Lombok, yang terbuat dari kombinasi campuran keringat dan sedikit ompol, ditambah dengan adanya lubang2x dibeberapa bagian serta sudah penyot. Keharuman aroma gulingnya pun hanya si anak yang menyukainya. Dengan sedikit kemarahan si anak menolak perbaikan terhadap guling kesayangannya tersebut, karena sudah tahu bahwa bila guling tersebut diserahkan, maka gulingnya pun tidak akan kembali lagi padanya. Akhirnya dengan paksaan dan ancaman akan diadukan ke orang tua, pengasuhnya berhasil merebut guling sang anak, dan diganti dengan guling pengganti yang sudah pernah pakai. Terukirlah kembali kepiluan hati sang anak yang diikuti kebencian yang semakin tidak terukur. Ternyata guling tersebut bukan diperbaiki, melainkan tersangkut di kawat duri diatas tembok belakang rumah dengan kondisi yang memilukan bagi sang anak. Rupanya pengasuhnya tidak berniat memperbaiki atau menjadikannya kain lap, tapi membuangnya ke saluran air kotor dibelakang rumah, dan karena temboknya terlalu tinggi, tersangkutlah guling itu di kawat duri diatas tembok sewaktu mau dilempar kebelakang.
Melihat gulingnya robek tersangkut di kawat duri, sang anak marah sejadi2xnya kepada pengasuhnya, tapi pengasuhnya berdalih bahwa itu bukan gulingnya, melainkan guling tetangga yang dibuang, tetapi sang anak benar2x mengenali guling kesayangannya. Setiap hari melihat keluar jendela memandangi guling nasib kesayangannya dengan sedih. Guling kesayangannya terjemur terik matahari dan kehujanan. Sampai suatu hari ketika sang anak sedang memandangi gulingnya dengan sedih, terlihat pengasuhnya berusaha menarik guling yang tersangkut menggunakan tongkat dengan kaitan besi, breeekk.. guling itu robek terbelah dua, kapuknya terburai. Sebagian guling kesayangan tersebut terjatuh kebawah dan sebagian masih tersangkut di kawat berduri. Sang anak menangis menjerit2x tapi tidak dihiraukan oleh pengasuhnya yang sibuk untuk menarik sisa bagian guling yang masih tersangkut. Akhirnya si pengasuh berhasil menarik sisa sobekan gulingnya dan cepat2x membakarnya dibelakang rumah sambil disaksikan pemiliknya, si anak hanya bisa menangis melihat guling kesayangannya robek dan dibakar.

Puncaknya adalah ketika pengasuhnya meminta dengan paksa kasur kesayangannya, memang sudah agak penyot, dengan tambahan lukisan jajaran pulau yang terbuat dari kombinasi keringat dan sedikit ompol. Kali ini si pengasuh memanfaatkan saat sang anak ke sekolah (taman kanak2x). Saat pulang dan tidur siang si anak merasakan perbedaan pada kasur kesayangannya, dan ketika membuka sedikit spreinya, ternyata yang ditiduri bukan kasurnya, kasur kesayangannya sudah diganti. Sang anak hanya bisa menangis, dan kembali berbagi kesedihan dengan para guling, kasur, dan bantal sahabatnya.
Beberapa hari kemudian si anak mendapati kasur kesayangannya dijemuran sudah dibongkar, terbelah dan basah karena dicuci. Si anak pun menangis sambil memegangi, menciumi, dan mengelus2x kasur kesayangannya, sampai cukup lama. Ia benar2x sedih dan makin membenci pengasuhnya.
Sore harinya, ketika sang anak ingin mengambil kasur kesayangannya, ternyata kasur kesayangannya itu sudah tidak ada lagi dijemuran. Kali ini ia sudah tidak mau bertanya pada pengasuhnya tentang kasur kesayangannya.......
Suatu saat ketika sedang mencari sesuatu di meja gosokan, ia menemukan kasur kesayangnnya dalam bentuk potongan2x persegi panjang, cukup banyak jumlah potongannya, karena ukurannya tidak terlalu besar. Kembali ia menangis dengan sedih.


Akhirnya sang anak semakin sulit dipisahkan dari guling, kasur, dan bantal. Dan guling, kasur, dan bantal adalah benda berharga yang benar2x telah melekat dengan kehidupan sang anak. Si anak semakin menyayangi guling2x, kasur2x, dan bantal2xnya.............

Dan sang anak sering merasa iba dan sedih bila melihat kasur, guling atau bantal temannya yang di bongkar untuk di ganti kainnya, dibongkar kemudian dibuang atau dibuat kain lap, kain pel, atau dibuang kemudian dibakar......