Rabu, Januari 20, 2010

Pembantaian Masih Terus Berlanjut


Trauma di rumah sendiri
Akhirnya sampailah di Jakarta, dan si anak tetap membawa guling, kasur, dan bantal kesayangannya, yaitu sebuah kasur dengan corak garis merah kuning abu2x hitam yang sudah agak lembek, sebuah guling merah jambu ukuran sedang, dan sebuah bantal merah jambu polos. Semuanya turut serta sampai di Jakarta, dan kembali menemani saat2x tidurnya. Tapi walau begitu masalah pembantaian kasur guling bantal sahabatnya belumlah selesai. Ternyata tidak semua kasur sahabatnya yang di Surabaya dibongkar, tanpa disadari di dalam kamarnya ternyata masih tersisa 6 buah kasur, kasur merah jambu putih, kasur ungu merah jambu abu2x merah, kasur merah biru hijau abu2x, kasur merah biru kuning coklat, kasur merah kuning abu2x hitam, kasur merah putih abu2x hitam. Tapi tanpa disadari kasur merah biru hijau abu2x sahabatnya diambil oleh pembantu yang sadis itu. Kasur sahabatnya itu dibongkar sedikit2x diambil kapuknya untuk mengganti kapuk guling bantal dirumahnya, bila sudah kelihatan penyet atau kapuknya sudah mulai hancur. Pernah saat dia baru pulang sekolah, ia melihat kasur merah biru hijau abu2x sahabatku mengeliat2x kesakitan karena cara mengeluarkan kapuknya yang sangat kasar sekali, kapuk ditarik keluar secara paksa sehingga benang tengah penahan kapuk ikut tertarik, sehingga mengoyakkan dan menimbuklan lubang2x pada kasurnya. Di lantai sudah ada dua guling dua bantal merah putih garis yang sudah terisi padat. Yang membuatnya tercengang ternyata kapuk dari kasur sahabatnya itu akan dimasukkan ke dalam guling merah jambunya. Guling merah jambunya terkulai tak berdaya karena sudah tak terisi kapuk. Dia menjerit karena terkejut, tapi si pembantu yang kejam langsung menyuruhnya masuk rumah untuk ganti baju. Setelah selesai ganti baju dia langsung keluar dan mendapati gulingnya sudah terisi setengah, dia minta untuk tidak mengisi gulingku terlalu padat. Tapi pembantu kejam itu tidak menghiraukan tangisannya itu dan tidak mengiraukan jeritan kasurnya yang kesakitan karena ditarik2x sehingga badannya berlubang. Akhirnya selesai sudah acara menyiksa sahabat2xnya, dan semua guling bantal dijahit. Setelah selesai ia mengambil guling merah jambunya dan membawanya ke kamar. Ia memeluk, menciuminya dan mendekapnya erat2x, seakan meresakan sakitnya karena dibongkar. Malamnya tanpa disadari ia tidur sambil memeluk dan menjepit erat2x gulingnya, sehingga ia merasakan sensasi bercinta dengan guling, sampai pada puncaknya. Beberapa kali saat gulingnya mulai empuk dia merasakan ketakutan yang luar biasa, krn saat guling merah jambu itu mulai lembek dan penyet adalah saat dimana dia dapat merasakan sensasi bercinta yang luar biasa dengan gulingnnya. Sampai satu saat pulang sekolah dia tidak mendapati guling bantal kesayangnnya di atas tempaat tidur, dan menemukan sebuah guling merah jambu garis putih yang ukurannya lebih besar dan tidak terlalu padat. Ia mencari2x dengan perasaan takut yang luar biasa, dengan tanpa berani bertanya kepada siapapun kemana gerangan guling kesayangannya itu. Dia mencarinya ke tempat pembuangan sampah di belakang kompleknya, dan dia menemukan gulingnya tergeletak di tempat sampah. Beruntung gulingnya itu tidak tertimbun sampah dan kotor. Malam harinya ia mengambil gulingnya, mebawa ke kamarnya, dia menciumi, memeluk, dan mendekap erat2x gulingnya. Pagi harinya ia menyimpan gulingnya agar tidak ketahuan. Sampai suatu waktu tanpa diketahuinya, ternyata gulingnya itu ditemukan oleh pembantu kejam di sela2x tumpukan kasur sewaktu akan mengambil kasur merah biru hijau abu2x untuk diambil kapuknya. Sepulangya dari sekolah ia terkejut mendapati satu kasur berkurang dan itu adalah tempat dia menyembunyikan guling kesangannnya. Kali ini dia tidak menemukan gulingnya di tempat pembuangan sampah. Dan beberapa hari kemudian tanpa disenganja ia menemukan gulingnya sudah berbentuk kain persegi panjang dibuat kain pel. Ia mengambil dan membawanya ke kamarnya, ia menangis sambil memegang dan memeluk gulingnya. Mulai saat itulah ia mulai bisa menerima guling merah jambu garis putihnya, dan mau bercinta dengannya.

Walau sebenarnya kasur2x merah putih abu2x yan dibawa dari Surabaya tidak ingin dijadikan dengan diisi kapuk yang dibongkar dari semua kasur sahabat2xnya, namun rasa bencinya terhadap semua kasur2x itu masih tersisa. Tapi setelah beberapa lama kemudian, dia bisa menerima bahwa itu bukan sepenuhnya kesalahan para kasur2x itu. Ia mulai mau menyentuh, mengusap2x, dan meniduri kasur2x itu. Apalagi saat sebuah kasur dirumah itu milik adiknya yang dibilang sudah patah dan tidak bisa dipakai, padahal sebenarnya bukan patah, melainkan kapuk pada bagian tengah kasur yang bergeser. Dengan tanpa belas kasihan si tukang bantai menyeret kasur merah putih abu2 dan kasur merah coklat abu2 milik adinya ke garasi. Dia mengikuti ke garasi dan bertanya "Mau diapain kasur2 nya ?" "Mau dipendekin biar bisa sama panjang" Dengan polos dan tanpa memperhatikan kedua kasur sahabat si anak yg sudah menjerit2 ketakutan, si pembantu meratakan panjang kedua kasur itu. Kasur merah putih abu2 terlentang di bawah, kasur merah coklat abu2 terkurap diatasnya,dan panjang kasur merah coklat abu2 tepat di posisi leher kasur merah putih abu2. Kemudian dengan enaknya si pembantu menancapkan pisau ke pinggirannya dan mulai memotong kasur merah putih abu2 tepat melewati lehernya. Jelas dimata si anak kasur merah putih abu2 sahabatnya itu mengeliat2 sampai begitu bagian atas putus, tak lama setelah itu selesai sudah.... kasur merah putih abu2 sahabatnya sudah dibantai...... si anak melihat sambil tanpa sadar ia mengalami ereksi yang luar biasa, dan menangis dalam hati. Sedangkan kasur merah coklat abu2 yg kemudian diangkat, menjerit2 histeris karena kasur dibawahnya dibantai dengan dipotong di bagian leher. Setelah itu kapuk di potongan kasur merah putih abu2 dikeluarkan dan dimasukan ke karung. Kasur merah coklat abu2x digulung, digulung dan lalu dimasukkan ke kamar si anak, tapi diletakkan di barah ranjang. Ingin sekali si anak meniduri dan bercinta dengan kasur itu, tapi rasa takut ketahuan melebihi perasannya itu. Sehingga si anak hanya bisa membuka sedikit pembungkus plastiknya, mengusap2 dan mengelus2x kasur itu sambil menangis. Tanpa disadari, sedikit demi sedikit kapuk kasurnya terus berkurang, dan setiap dia melihat kasurnya semakin memendek. Ia hanya bisa mengusap2 dan mengelus2x kasurnya itu. Kemudian kasur itu menghilang entah kemana, sampai suatu saat ketika mencari kaus kaki di meja strikaan, tanpa sengaja ia menemukan kasur kesayangannya sudah menjadi beberapa potongan2 kecil. Ia memegang dan menangisi kasurnya yang terpotong2. Akhirnya si anak mengetahui bahwa kasur2 kesayangannya itu dibuat menjadi pembalut oleh pembantunya yang kejam. Jadi setiap persedian pembalut berupa kasur yang dibantai mulai habis si pembantu akan segera mencari2x kasur kesayangan si anak untuk dibantai dan dijadikan pembalut. Jadi bila setiap ada guling bantal yang menggembung padat dan dijemur, pasti guling bantal itu habis dipadati kapuk yang dikeluarkan dari kasur2nya.

Melihat kasurnya yang tersisa tinggal dua, maka si anak memindahkan kasur merah muda garis putih ke ranjangnya. Ia menumpukkan kasur merah muda garis putih itu ke atas kasur merah kuning garis abu2 hitamnya. Segera ia naik ke kedua kasur itu dan bercinta dengan kedua kasurnya itu. Kedua kasurnya itu sangat empuk, halus, dan sudah mulai lembek. Sehingga si anak bisa menjepit sisi kasurnya yang empuk itu di paha, dan menekan2 kan burungnya, si anak bercinta sambil menangis karena dari enam buah kasur di kamar itu sekarang tersisa 2 buah, dimana 4 buah kasur kesayangannya sudah habis dibantai oleh pembantunya untuk dijadikan pembalut. Karena kejadian demi kejadian yang mengerikan di mata sang anak, maka si anak semakin melekat dan semakin tidak terpisahkan dari kasur2, guling2, dan bantal2 nya. Ia semakin mencintai semua sahabatnya itu. Bahkan dengan kasur merah kuning garis abu2 hitam dan kasur merah jambu garis putihnya si anak terus menikmati sensasi bercinta baik dengan kasur2nya, guling dan bantalnya. Sampai suatu hari ketika sang anak selesai bergumul, sambil bercinta dengan kasur, guling dan bantalnya, tanpa disadari dibadannya banyak menempel debu kapuk, dan hal itu dilihat oleh ibunya. Karena banyaknya debu kapuk yang menempel, maka ibunya memerintahkan untuk membuang semua kasur2, guling dan bantal si anak. Dia terkejut bukan main sambil berusaha membersihkan debu kapuk yang menempel sambil beralasan kalo dia akan memakai kembali sprei, sarung guling dan sarung bantalnya kembali. Karena selama ini dia tidak memakai sprei, sarung guling dan bantal. Hal itu untuk memudahkan bila saat tidur dia ingin bercinta dengan kasur guling dan bantalnya. Tapi ibunya tidak mau mendengarkan alasannya dan tetap bahwa besok semua kasur, guling dan bantalnya harus dibuang. Malam harinya adalah malam yang paling mengerikan, dimana itu adalah saat terakhir kalinya ia tidur dengan kasur guling bantalnya. Ia menangis sambil bercinta dengan kasur, guling dan bantalnya, ia menciumi satu persatu kasur guling dan bantalnya dengan perasaan yang sangat takut. Ia larut dalam kesedihan sampai tertidur, dan saat bangun keesokan harinya, ia tidak ingin meninggalkan kasur, guling dan bantalnya. Tapi karena harus berangkat sekolah, maka iapun harus bersiap2. Setelah mandi, dan ia masih meniduri kasurnya sambil mengusap2x kasur guling dan bantalnya. Ia berangkat dengan perasaan gundah, ia melihat bahwa kasur, guling dan bantalnya menangis ketakutan karena akan berpisah dengannya. Sesampainya kembali di rumah, ia mendapati ranjangnya telah kosong, kasur merah kuning garis abu2 hitam, kasur merah jambu garis putih, guling merah jambu garis putih dan bantal merah jambu kembang putihnya sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya di lantai telah terhampar sebuah kasur yang terbungkus dengan sprei, sebuah guling dan bantal. Setelah berganti baju ia menyibakkan sprei kasurnya, ternyata masih ada kasur merah putih garis abu2 yang tersisa, untungnya kasur itu sudah tidak terlalu keras, lalu ia coba membuka sarung gulingnya, ternyata guling merah jambu garis putih sama dengan gulingnya yang dibuang, dan bantalnya adalah bantal merah putih garis abu2 yang ternyata adalah potongan kasur merah putih abu2 yang kemarin dibantai. Ia segera keluar kamar dan mencoba mencari semua sahabatnya, ternyata semua kasur guling bantalnya masih ada di kamar kosong, diletakkan di atas meja ping pong. Ia segera mengelus2 semua sahabatnya dengan ereksi yang luar biasa, ia memeluk erat gulingnya dan menjepitnya dipaha, kemudian ia menjepit bantalnya, dan terakhir ia menarik kasurnya sedikit turun untuk bisa memeluk kasurnya satu per satu. Kasur guling bantalnya terlihat menangis ketakutan dan ia coba untuk tetap mengelus2 semuanya. Ia masih untuk mencoba bernegosiasi dengan ibunya agar kembali diperbolehkan memakai kasur guling bantalnya yang lama. Tapi sang ibu tanpa mau memperdulikan kondisi dan perasaan anaknya yang sudah lama sangat menyayangi kasur guling dan bantal, tetap melarang dengan keras. Malamnya, setelah semua orang rumah tidur, si anak kembali ke kamar kosong, untuk menengok kasur guling dan bantalnya, dan kemudian setelah menurunkannya dari meja, ia langsung tengkurap dan meniduri kasurnya dengan rasa rindu yang luar biasa. Ia bercinta kembali dengan kasur2 nya, guling dan bantalnya. Keesokan harinya setelah pulagn sekolah semua sahabatnya sudah tidak ada lagi, semuanya sudah dibuang entah kemana. Ia mencoba mencari dengan berkeliling komplek dan ke tempat pembuangan sampah di belakang komplek, tapi tetap tidak menemukannya. Trauma kehilangan sahabat2 terus mengakibatkan luka yang mengakibatkan ia semakin melekat dengan kasur, guling, dan bantalnya.